1. Tekanan Uap Larutan
Tekanan
yang ditimbulkan oleh uap jenuh suatu zat disebut tekanan uap zat. Besarnya
tekanan uap bergantung pada jenis zat dan suhu. Zat yang memiliki gaya tarik
menarik antar partikel relatif besr, berarti sukar menguap dan mempunyai
tekanan uap yang relatif rendah, contohnya garam,gula, glikol dan gliserol.
Sebaliknya zat yang memilki gaya tarik menarik antar partikel relatif lemah,
berarti mudah menguap dan mempunyai tekanan uap yang relatif tinggi seperti
etanol dan eter.
Jika zat
terlarut bersifat volatil, maka uap di permukaan larutan terdiri atas uap
pelarut dan uap zat terlarut. Jika zat terlarut sukar menguap, maka uap di
permukaan larutan hanya terdiri dari uap zat pelarut saja.
Jadi zat
terlarut mengurangi kecenderungan pelarut untuk menguap
Zat
terlarut yang sukar menguap akan menurunkan tekanan uap pelarut
P = Po
x Xp
P = tekanan
uap larutan
Po
= tekanan uap pelarut murni
Xp = fraksi
mol pelarut
2. Kenaikan titik didih larutan
Melalui
percobaan telah diketahui bahwa larutan dari zat-zat yang sukar menguap
mempunyai titik didih lebih tinggi dari pada pelarutnya. Sebagai contoh larutan
garam mendidih pada suhu di atas 100oC.
Selisih
antara titik didih larutan dengan titik didih pelarutnya disebut kenaikan titik
didih (∆Tb = boilling point
elevation)
∆Tb=
Tb larutan – Tb pelarut
∆Tb
= Kb x m
Kb = tetapan penurunan titik beku molal
m = kemolalan larutan
Diagram
fase atau diagram P-T
Gambar 1. Diagram P – T air dan suatu larutan berair
Pengaruh zat terlarut nonelektrolit yang tidak mudah
menguap adalah menurunkan tekanan uap, menaikkan titik didih, dan
menurunkan titik beku.
Π = M . R . T (larutan non elektrolit)
Π = M . R . T .
i (larutan
elektrolit)
Π = tekanan osmotik (atm)
M =
molaritas (M)
R =
tetatapan gas ideal = 0,082 L.atm/mol K
T = suhu
(K)
i = faktor van’t Hoff
Untuk
konsentrasi yang sama, larutan elektrolit mengandung jumlah partikel lebih
banyak dari pada larutan non elektrolit. Oleh karena itu larutan elektrolit
mempunyai sifat kolgatif lebih besar dari pada sifat koligatif larutan non
elektrolit. Perbandingan antara harga sifat koligatif yang terukur dari suatu
larutan elektrolit dengan harga sifat koligatif yang diharapkan dari suatu
larutan non elektrolit pada konsentrasi yang sama disebut faktor van’t Hoff. Oleh karena
pertambahan sifat koligatif larutan elektrolit sebanding dengan pertambahan
jumlah partikel dalam larutan, maka rumus sifat koligatif untuk larutan
elektrolit menjadi:
∆P = Po
x Xt x i
∆Tb
= Kb x m x i
∆Tf
= Kf x m x i
Π = M x R x T x i
i = 1 +
(n-1) α
n = jumlah
ion
α = derajat ionisasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar